Jumat, 30 Januari 2015
Kamis, 29 Januari 2015
Sepekan Diterjang Banjir, Warga Oan Mane dan Sikun Kehabisan Makanan
Senin, 05 Januari 2015, 11:42 WIB
Bisnis.com,
KUPANG--Ratusan warga Desa Sikun dan Oan Mane di Kabupaten Malaka, Nusa
Tenggara Timur, wilayah batas Negara RI-Timor Leste yang diterjang
banjir sejak sepekan terakhir sebagai akibat meluapnya Sungai Benanain,
mulai kehabisan makanan.
"Kami kehabisan makanan dan saat ini kami hanya bisa mengkonsumsi pisang dan ubi yang juga stoknya tidak banyak," kata seorang warga Dusun Airae, Desa Sikun, Kabupaten Malaka Anastasia Hoar yang dihubungi dari Kupang, Senin (5/1/2015).
Menurutnya, kondisi itu diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat untuk mengatasi kondisi yang dialami warga tersebut.
"Kami sudah dihantam banjir sejak sepekan, namun hingga kini pun belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Di mana pemerintah kami," katanya dengan nada tanya.
Dia mengatakan, warga saat ini hanya bisa bertahan hidup dengan makanan seadanya, berupa pisang, ubi kayu dan kelapa kering yang juga tidak banyak stoknya. Beras dan jagung sebagai stok makanan sudah habis selama mengalami bencana banjir tersebut.
"Apa salah kami sehingga pemerintah tidak pernah menggubris kami untuk memberikan bantuan makanan kepada kami," katanya lirih.
Dia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa, karena kondisi desanya direndam banjir setinggi satu meter hingga dua meter disertai lumpur. "Akses kami terputus, kami hanya bisa bertahan di rumah panggung kami dengan kondisi makanan yang juga mulai menipis," katanya.
Hal senada disampaikan warga lainnya Eduardus Bria Klau, yang mengaku seluruh lumbung dan lahan pertanian rata tanah dihantam banjir sejak sepekan terakhir. Tinggi banjir bisa mencapai dua meter dan merendam seluruh desa itu. "Kami kehabisan makanan. Anak-anak, kami berikan makan ubi dan kelapa kering," katanya.
Dia mengaku hingga saat ini, belum ada intervensi dari pemerintah setempat, untuk mengatasi kesulitan kekurangan pangan yang dialami warga setempat. "Kami harus berbuat apa. Pemerintah tak berikan bantuan apa-apa," katanya.
Dia mengaku, ada sekitar 500 kepala keluarga di Desa Sikun yang masih tetap bertahan di wilayah desa itu, dengan berlindung diri di atas rumah-rumah panggung yang dimiliki. "Kami hanya bisa berharap pemerintah segera melakukan aksi untuk bisa menyelamatkan kami dan anak-anak kami," katanya.
Sementara itu Penjabat Bupati Malaka Herman Nai Ulu yang dihubungi melalui telepon genggamnnya tidak menggubris.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tini Thadeus yang dihubungi terpisah di Kupang mengaku belum mendapatkan laporan resmi terkait bencana banjir yang terjadi di wilayah batas negara itu.
Kendati demikian, Peprov NTT, melalui BPBD telah menyalurkan sejumlah kebutuhan tanggap darurat sebagai 'buffer stock' di awal Desember 2014 silam.
"Intervensi bantuan yang dijadikan sebagai 'buffer stock' di daerah itu sudah dilakukan sebelum Perayaan Natal yang lalu. Kita berharap petugas di daerah itu sudah bisa menyalurkan sejumlah stok bantuan tanggap darurat ke masyarakat korban banjir," katanya.
Dia menyebutkan, sejumlah bantuan tanggap darurat yang sudah disalurkan ke daerah itu oleh BPBD Nusa Tenggara Timur, antara lain, tenda sejumlah makanan dan minuman siap saji seperti super mie dan biskuit berbagai jenis serta tikar.
Banjir akibat meluapnya Sungai Benanain di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah merendam ribuan rumah di dua desa yang berada di bantaran sungai yang membelah wilayah perbatasan Negara RI-Timor Leste itu, Minggu dini hari tadi.
Meski banjir yang ada merupakan banjir kiriman, namun telah memberikan dampak buruk, dimana rumah warga di dua desa sepanjang bantaran kali terendam.
Dua desa yang telah menjadi korban tumpahan banjir dari Sungai Benanain itu sebagai akibat kiriman dari sejumlah daerah di hulu sungai seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU) itu masing-masing Desa Sikun dan Desa Oan Mane.
Sepekan Diterjang Banjir, Warga Oan Mane Kehabisan Makanan
Newswire"Kami kehabisan makanan dan saat ini kami hanya bisa mengkonsumsi pisang dan ubi yang juga stoknya tidak banyak," kata seorang warga Dusun Airae, Desa Sikun, Kabupaten Malaka Anastasia Hoar yang dihubungi dari Kupang, Senin (5/1/2015).
Menurutnya, kondisi itu diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat untuk mengatasi kondisi yang dialami warga tersebut.
"Kami sudah dihantam banjir sejak sepekan, namun hingga kini pun belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Di mana pemerintah kami," katanya dengan nada tanya.
Dia mengatakan, warga saat ini hanya bisa bertahan hidup dengan makanan seadanya, berupa pisang, ubi kayu dan kelapa kering yang juga tidak banyak stoknya. Beras dan jagung sebagai stok makanan sudah habis selama mengalami bencana banjir tersebut.
"Apa salah kami sehingga pemerintah tidak pernah menggubris kami untuk memberikan bantuan makanan kepada kami," katanya lirih.
Dia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa, karena kondisi desanya direndam banjir setinggi satu meter hingga dua meter disertai lumpur. "Akses kami terputus, kami hanya bisa bertahan di rumah panggung kami dengan kondisi makanan yang juga mulai menipis," katanya.
Hal senada disampaikan warga lainnya Eduardus Bria Klau, yang mengaku seluruh lumbung dan lahan pertanian rata tanah dihantam banjir sejak sepekan terakhir. Tinggi banjir bisa mencapai dua meter dan merendam seluruh desa itu. "Kami kehabisan makanan. Anak-anak, kami berikan makan ubi dan kelapa kering," katanya.
Dia mengaku hingga saat ini, belum ada intervensi dari pemerintah setempat, untuk mengatasi kesulitan kekurangan pangan yang dialami warga setempat. "Kami harus berbuat apa. Pemerintah tak berikan bantuan apa-apa," katanya.
Dia mengaku, ada sekitar 500 kepala keluarga di Desa Sikun yang masih tetap bertahan di wilayah desa itu, dengan berlindung diri di atas rumah-rumah panggung yang dimiliki. "Kami hanya bisa berharap pemerintah segera melakukan aksi untuk bisa menyelamatkan kami dan anak-anak kami," katanya.
Sementara itu Penjabat Bupati Malaka Herman Nai Ulu yang dihubungi melalui telepon genggamnnya tidak menggubris.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tini Thadeus yang dihubungi terpisah di Kupang mengaku belum mendapatkan laporan resmi terkait bencana banjir yang terjadi di wilayah batas negara itu.
Kendati demikian, Peprov NTT, melalui BPBD telah menyalurkan sejumlah kebutuhan tanggap darurat sebagai 'buffer stock' di awal Desember 2014 silam.
"Intervensi bantuan yang dijadikan sebagai 'buffer stock' di daerah itu sudah dilakukan sebelum Perayaan Natal yang lalu. Kita berharap petugas di daerah itu sudah bisa menyalurkan sejumlah stok bantuan tanggap darurat ke masyarakat korban banjir," katanya.
Dia menyebutkan, sejumlah bantuan tanggap darurat yang sudah disalurkan ke daerah itu oleh BPBD Nusa Tenggara Timur, antara lain, tenda sejumlah makanan dan minuman siap saji seperti super mie dan biskuit berbagai jenis serta tikar.
Banjir akibat meluapnya Sungai Benanain di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah merendam ribuan rumah di dua desa yang berada di bantaran sungai yang membelah wilayah perbatasan Negara RI-Timor Leste itu, Minggu dini hari tadi.
Meski banjir yang ada merupakan banjir kiriman, namun telah memberikan dampak buruk, dimana rumah warga di dua desa sepanjang bantaran kali terendam.
Dua desa yang telah menjadi korban tumpahan banjir dari Sungai Benanain itu sebagai akibat kiriman dari sejumlah daerah di hulu sungai seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU) itu masing-masing Desa Sikun dan Desa Oan Mane.
Sumber : Antara
Editor : Ema Sukarelawanto
Editor : Ema Sukarelawanto
Selasa, 27 Januari 2015
Sisi LainMU
Entah mengapa, sepertinya sisi lainmu kini telah
menjadi sesuatu yang berarti bagiku. Karena dengan atau tanpa sadar,
sebenarnya aku telah belajar tentang banyak hal darimu.
Tentang lelahnya menunggu dan susahnya membunuh waktu, sebelum bertemu denganmu. Tentang sepi yang harus kutikam sendiri, ketika terkadang rinduku mulai tak kau pedulikan lagi. Tentang canda tawaku yang entah kenapa harus rela kutukar dengan diammu.
Tentang cemburu yang meski telah rapat kusimpan, tapi tetap saja kau tahu. Tentang ego yang ternyata masih sulit kubungkam dan akhirnya sering membuatmu “menghilang” tanpa alasan. Tentang semua dan segala yang sebelumnya tak pernah ada dan kurasa, kini kerap tergantung oleh tanya. Tentang aku yang akhirnya mengerti bahwa sebuah rasa memang tak layak untuk dipaksa.
Dan, mungkinkah di saat yang sama, kau pun telah belajar dari sebagian waktu yang telah kau titipkan padaku??
Entahlah,…
Tentang lelahnya menunggu dan susahnya membunuh waktu, sebelum bertemu denganmu. Tentang sepi yang harus kutikam sendiri, ketika terkadang rinduku mulai tak kau pedulikan lagi. Tentang canda tawaku yang entah kenapa harus rela kutukar dengan diammu.
Tentang cemburu yang meski telah rapat kusimpan, tapi tetap saja kau tahu. Tentang ego yang ternyata masih sulit kubungkam dan akhirnya sering membuatmu “menghilang” tanpa alasan. Tentang semua dan segala yang sebelumnya tak pernah ada dan kurasa, kini kerap tergantung oleh tanya. Tentang aku yang akhirnya mengerti bahwa sebuah rasa memang tak layak untuk dipaksa.
Dan, mungkinkah di saat yang sama, kau pun telah belajar dari sebagian waktu yang telah kau titipkan padaku??
Entahlah,…
Selendang Hijau
Nuansa kalbu yang lara
Mencekam hati dan prahara
Tiadakah kau melihat di ujung jagad
Dia mengibarkannya
Untuk satu selendang
Dia mecarimu
Kau, ialah kau sang hijau
Dikalungkan di lehernya.
Aku ingin sehelai selendang hijau itu
Berkibar dibalik kemeja hitam yang kau sandangkan
Kalbu bersyair
Pandanganmu bak tombak menusuk baja, tajam
Dikala api menyambar sukma
Aung…….
Kau mengaung bagaikan serigala membunuh malam.
Tak cukup
Lihat! Hijau reruntuhan itu
Berputar menari terbawa sukma sang bayu
Dan putih silau atau tak berwarna itu
Menembus hitam pekatnya sang batu
Melihat keadaan yang membuntu disertai matahari yang pancarannya beradu
Sebagai embun, aku tak ingin pudar sebelum pagi berlalu.
Hijaulah milikku
Namun mampukah selendang hijau ini
Membiaskan hitam pekatnya sang batu di hatimu
Hahaha, mungkin hanya menghitung bintang
Mencekam hati dan prahara
Tiadakah kau melihat di ujung jagad
Dia mengibarkannya
Untuk satu selendang
Dia mecarimu
Kau, ialah kau sang hijau
Dikalungkan di lehernya.
Aku ingin sehelai selendang hijau itu
Berkibar dibalik kemeja hitam yang kau sandangkan
Kalbu bersyair
Pandanganmu bak tombak menusuk baja, tajam
Dikala api menyambar sukma
Aung…….
Kau mengaung bagaikan serigala membunuh malam.
Tak cukup
Lihat! Hijau reruntuhan itu
Berputar menari terbawa sukma sang bayu
Dan putih silau atau tak berwarna itu
Menembus hitam pekatnya sang batu
Melihat keadaan yang membuntu disertai matahari yang pancarannya beradu
Sebagai embun, aku tak ingin pudar sebelum pagi berlalu.
Hijaulah milikku
Namun mampukah selendang hijau ini
Membiaskan hitam pekatnya sang batu di hatimu
Hahaha, mungkin hanya menghitung bintang
Suara Pengemis di Kaki Waktu
waktu seakan terasing
kecamuk jiwa bersanding
secerca asa berlabu ditalaga bakti
nyanyian akan cinta menggema di hati
mencoba menahan luka serupa goresan belati
sedikit perih meradang
lantunan sesal berkumandang
seketika takdir kelam datang bertandang
berikut cinta semu ikut menghadang-hadang
langkah kaki sempoyongan mengajak hati pecundag
duka tiada lagi tertahan
keluh pun bersujud dikaki Tuhan
kesedihan mengalir dan tumpah perlahan
memenuhi ruang jiwa yang butuh kesembuhan
berharap pula diberi oleh Tuhan segala kemudahan
hidup berkesusahan
di bayang-bayang kesedihan
yang kadang orang lain tertawakan
yang sengaja merobek kantong perasaan
yang hanya terobati dengan sedikit ketabahan
oh Tuhan !
pada takdir-Mu
di antara detak resahku
disela-sela ruas sepi jalan-Mu
izinkan kiranya hatiku ini mengiba
sembari menatap langit rindu wajah-Mu
oh Tuhan !
sudihkah malam-Mu
mengulur sedikit cerahnya
meniadakan gelap lorong sadarku?
sebab aku hanya pengemis di kaki waktu
kecamuk jiwa bersanding
secerca asa berlabu ditalaga bakti
nyanyian akan cinta menggema di hati
mencoba menahan luka serupa goresan belati
sedikit perih meradang
lantunan sesal berkumandang
seketika takdir kelam datang bertandang
berikut cinta semu ikut menghadang-hadang
langkah kaki sempoyongan mengajak hati pecundag
duka tiada lagi tertahan
keluh pun bersujud dikaki Tuhan
kesedihan mengalir dan tumpah perlahan
memenuhi ruang jiwa yang butuh kesembuhan
berharap pula diberi oleh Tuhan segala kemudahan
hidup berkesusahan
di bayang-bayang kesedihan
yang kadang orang lain tertawakan
yang sengaja merobek kantong perasaan
yang hanya terobati dengan sedikit ketabahan
oh Tuhan !
pada takdir-Mu
di antara detak resahku
disela-sela ruas sepi jalan-Mu
izinkan kiranya hatiku ini mengiba
sembari menatap langit rindu wajah-Mu
oh Tuhan !
sudihkah malam-Mu
mengulur sedikit cerahnya
meniadakan gelap lorong sadarku?
sebab aku hanya pengemis di kaki waktu
Langganan:
Postingan (Atom)