klasik

Sabtu, 22 Maret 2014

Oase Uluran Sang Jemari

Jatuh raga ini pada keras si langit
terpaku sekejap mematung riuh
kosong menatap kebisuan
derai bola mata mencubit sendu
tersentak kesadaran pada asa rasa
memadu mesra sang nestapa
terkulai lemas bilur tercipta
senja menatapku tajam riang
derap jemari penapak ‘kan terukir
jejak membingkai gelora sang lara
mata sang langit lirih menatap
tak berbahasa membalut kesunyian
nurani ‘kan menjerit kaku
bibir membeku hina
dekap ketakutan kencang mengekang
rintikan langit mencekam kalbu
bangkit meski jeritan kian memekik
melukiskan fantasi abstrak
menggantungkan cita pada asa
pijakan jemari kian tercipta
terlihat bayang si malaikat senja
tegap menegapkan nurani
memalingkan mata berlalu
sepatah kata ‘kan terlontar
menggema pada kekosongan
uluran jemari kian merindu
nestapa kian menerjang kabur
mematahkan kilat harapan
serpihan puing kan berdendang
nafas kehidupan teruntai doa
mahkota pengampuan kan merindunya
di bawah tatapan langit ku tersungkur

Kakakku, Teladanku. Doaku Untukmu

ketika guliran tahun seperti kekuatan roket,
lembaran daun pun telah menjadi saksi,
saksi akan hidupmu.
dalam perjalanan ini,
dirimu bagaikan burung merpati yang tak pernah akan meninggalkan anaknya
selalu hadir dalam hidup ini,
dan tak pernah letih menuntunku untuk kebaikan
kamu ajari aku itu, setiap saat, setiap waktu
tanpa ada kata ah dibelakangmu.
kau memang pahlawan bagiku,
pahlawan yang menjadi inspirasi besar dalam perjalananku,
perjuanganmu telah terlihat,
terlihat oleh kerumunan masa,
masa yang tak pernah tau akan kerasnya perjuangan hidupmu.
mungkin hanya aku yang tau akan tenaga dan pikiran yang telah kau habiskan
habiskan untuk impian,
impian yang sangat mulia.
sungguh tak ada kata cecar dariku untukmu.
mungkin hanya do’a dan ungkapan terima kasih yang bisa aku kirimkan,
betapa pun aku tau, itu tak akan sebanding lurus dengan ajaran mu
namun aku yakin suatu saat nanti sang “Maha” dari segala Maha Sempurna akan mengabulkannya.
percaya lah itu, kakak ku.

Pemuja Misterius

Siapakah engkau sang pemuja?
Sehingga engkau tau semua tentangku.
Dalam geliat kemarah jiwaku.
Engkau katakan aku tetaplah mempesonamu.
Siapakah engkau sang pemuja?
Engkau seolah tau semua yang aku rasakan.
Disaat tuduhan dan makian menghampiriku.
Engkau nyatakan cukupkan sedihmu, karena engkau tangguh.
Siapakah engkau sang pemuja?
Menyinari hariku layaknya mentari yang menghangatkan.
Kau ungkapkan kedalaman jiwaku.
Membuatmu terus memujaku di tengah semua tuduhan atasku.
Siapakah engkau sang pemuja?
Hadirmu bagaikan hembusan bayu saat panasnya jiwaku.
Engkau tenangkan aku dengan kelembutanmu.
Dan engkau nyatakan, biarkan mereka mencerca, engkau tetap malaikatku.
Tapi dimanakah engkau sang pemuja?
Mengelilingiku dengan pujian.
Melambungkan anganku dengan perhatian.
Melingkupiku dengan kelembutan.
Engkau laksana cahaya tapi tak terlihat.
Engkau membelai tapi tak tersentuh.
Engkau menenangkan tapi tak tergenggam.
Engkau pemuja misteriusku.
Munculah. Aku meminta.