Arang-arang memerah,
unggun kecil tercipta
Bernyala-nyala dalam persembunyian kelam
Bukan tuk membakar dalam kobaran ,
sekedar kehangatan niatnya
Memukau semilir sepoi ,
tak sembunyikan sinar terang
Ada siapa dibalik tempat tak
berpenghuni karena sepi
Sembunyikan pancaran
berbinar tak melintas tinggi
Seseorang menunggu lama
menepi pada pagar tua
Ada yang dinantikan pada
kepastian langkah -langkah kecil
Payung kertas kian bening
menutup pening dari kerutan kening
pintuh itu terbuka pasti,
deringan langkah mulai terdengar perlahan
barisan jubah-jubah putih
menebar senyum-senyum
yang tersimpul rapi
tidak rumit tidaklah siapapun terambigu
soneta tak lagi mampu menjerat lidah
hingga bibirpun bersuara
lukisan wajahmu putih bersi ,
aku tahu ada puisi-puisi klasik
yang engkau simpan tenang
bolehkah aku memyuarakan
tinta beku dalam intonasi?
dimana kau menetapkan raga,
katakan .. ku ingin mendengar
“Penjara Suci.. itulah rumahku,
mampirlah kan ku sugguhi engkau secawan anggur “
Tak terlepas,
terkubur aku menatap tak lagi berkedip
Sungguh indah seribu kasih
ada dibalik jubah sang pemilik penjara suci
Ingatlah ia kelak berkelana
mewartakan keanggungan Tuhanku
unggun kecil tercipta
Bernyala-nyala dalam persembunyian kelam
Bukan tuk membakar dalam kobaran ,
sekedar kehangatan niatnya
Memukau semilir sepoi ,
tak sembunyikan sinar terang
Ada siapa dibalik tempat tak
berpenghuni karena sepi
Sembunyikan pancaran
berbinar tak melintas tinggi
Seseorang menunggu lama
menepi pada pagar tua
Ada yang dinantikan pada
kepastian langkah -langkah kecil
Payung kertas kian bening
menutup pening dari kerutan kening
pintuh itu terbuka pasti,
deringan langkah mulai terdengar perlahan
barisan jubah-jubah putih
menebar senyum-senyum
yang tersimpul rapi
tidak rumit tidaklah siapapun terambigu
soneta tak lagi mampu menjerat lidah
hingga bibirpun bersuara
lukisan wajahmu putih bersi ,
aku tahu ada puisi-puisi klasik
yang engkau simpan tenang
bolehkah aku memyuarakan
tinta beku dalam intonasi?
dimana kau menetapkan raga,
katakan .. ku ingin mendengar
“Penjara Suci.. itulah rumahku,
mampirlah kan ku sugguhi engkau secawan anggur “
Tak terlepas,
terkubur aku menatap tak lagi berkedip
Sungguh indah seribu kasih
ada dibalik jubah sang pemilik penjara suci
Ingatlah ia kelak berkelana
mewartakan keanggungan Tuhanku