klasik

Minggu, 05 Januari 2014

Penjara Suci

Arang-arang memerah,
unggun kecil tercipta
Bernyala-nyala dalam persembunyian kelam
Bukan tuk membakar dalam kobaran ,
sekedar kehangatan niatnya
Memukau semilir sepoi ,
tak sembunyikan sinar terang
Ada siapa dibalik  tempat tak
berpenghuni  karena sepi
Sembunyikan pancaran
berbinar tak melintas tinggi
Seseorang  menunggu lama
menepi  pada pagar  tua
Ada yang dinantikan pada
kepastian langkah -langkah kecil

Payung kertas kian bening
menutup pening dari  kerutan kening
pintuh itu terbuka pasti,
deringan langkah mulai terdengar perlahan
barisan jubah-jubah putih
menebar senyum-senyum
yang tersimpul  rapi
tidak rumit tidaklah siapapun terambigu
soneta tak lagi mampu menjerat lidah
hingga bibirpun bersuara
lukisan wajahmu putih bersi ,
aku tahu ada puisi-puisi klasik
yang engkau simpan tenang
bolehkah aku memyuarakan
tinta beku dalam  intonasi?
dimana kau menetapkan raga,
katakan .. ku ingin mendengar

“Penjara Suci.. itulah rumahku,
mampirlah kan ku sugguhi engkau secawan anggur “
Tak terlepas,
terkubur aku menatap tak lagi berkedip
Sungguh indah seribu kasih
ada dibalik jubah sang pemilik penjara suci
Ingatlah ia kelak berkelana
mewartakan keanggungan Tuhanku

Bir,Vodca dan Puisi



ideku dari sebotol vodca
rimaku adalah riak soda berwarna
kian riang ku umpat dunia
apalah arti dogma dan anak turunannya
yang konon aku adalah sang budaya
musuhku hanya satu
buntu karena kutu tak mampu lacu di otakku
yang biasa berlari kencang diantara gelontoran soda dan alkohol
sudahlah..wibawaku nampak nyata
karena koarku semerbak diantara daun muda
entah pria atau muda nyatanya mereka tak berdaya
persetan dengan idealis karena lajunya dramatis
hanya puisi yang bisa meruntuhkan hati
kukekang kian menantang
kuhelai semakin damai
kupaksa tak meronta
dari lekra hingga salihara
noda merah dan rockafeller bersandiwara
dan kami ini adalah anak haram budaya
yang lupa akar dan kulitnya
dan terjebak mesra dalam nostalgia ideapolitika