Belajar Kehidupan dari Secangkir
Kopi
Judul Buku : Filosofi Kopi
Penulis : Dee
Tebal : xi + 134 halaman
Cetakan : cetakan kedua, 2010
Penerbit : Truedee Books dan Gagas
Media
Secangkir kopi. Apa yang dapat kita
maknai dari sebuah cangkir yang berisi kopi? Hampir tidak ada. Dalam pikiran
kebanyakan orang, secangkir kopi hanyalah salah satu alternatif dan jenis
minuman untuk melepas dahaga. Yang berbeda, mungkin karena kopi memiliki rasa
dan aroma yang unik. Bahkan, kini kopi tidak lagi identik dengan hitam dan
pahit. Tapi, sudah berevolusi menjadi kopi modern yang bisa berwarna cokelat,
krem, bahkan putih. Pun rasanya, mengecap rasa manis sudah menjadi sebuah
keniscayaan dalam meminum kopi.
Perhatikan saja mal dan pusat
pergaulan remaja. Hampir semuanya disisipi oleh kafe dan kedai kopi. Misalnya,
ritel kopi Starbuck. Keberadaan kedai kopi satu ini bak jamur di musim hujan.
Eksis dan ada di mana-mana. Di Starbuck, kopi tidak lagi jadi komoditi dagang
yang menjual secangkir kopi semata. Tapi sudah menjual suasana, gaya hidup, dan
eksistensi. Ya, rasanya belum gaul dan belum lengkap kalau tidak mencicipi kopi
di Starbuck.
Namun, sadarkah Anda jika dalam
secangkir kopi, kita bisa belajar tentang kehidupan? Ada makna berbeda dari
sekedar cangkir yang berisi kopi, menjadi sebuah ruang untuk merenung dan
mengevaluasi apa saja yang sudah kita lakukan dalam hidup. Ternyata dengan
meminum secangkir kopi, tidak hanya diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan
dahaga kita semata. Bersamaan dengan itu, kita diberi kesempatan untuk diam,
menikmati aroma dan rasanya, juga berpikir filosofis. Mencoba memaknai segala
sesuatu di sekitar kita, di kehidupan kita.
Seperti karya keempat Dee yang
berjudul Filosofi Kopi. Dalam buku ini, kita tidak hanya mendapat suguhan kisah
yang inspiratif dan mengesankan. Tapi, seolah kita seperti meminum kopi. Dapat
menghirup aroma dan nikmatnya rasa kopi. Karena semua karya yang terangkum
dalam buku ini bak secangkir kopi. Harum, menyegarkan, dan nikmat: pahit, tapi
sekaligus mengandung manis. Begitu FX Rudy Gunawan memuji karya Dee yang satu
ini.
Filosofi Kopi merupakan buku
antologi atau kumpulan kisah yang merangkum karya-karya Dee yang berupa cerita
pendek dan prosa. Semua yang ada di buku ini merupakan kumpulan karya wanita
yang bernama asli Dewi Lestari dalam satu dekade. Terhitung dari rentang 1995
sampai 2005. Jadi, akan jelas terlihat perubahan dan karakteristik karya-karya
Dee di tiap masa. Baik dari segi tema, gaya penulisan, dan bagaimana Dee
menuliskan sebuah gagasan uniknya.
Buku ini terdiri dari 18 karya yang
terbagi menjadi sembilan cerpen dan sembilan prosa. Kisah diawali dengan cerpen
(lumayan panjang) berjudul ‘Filosofi Kopi’. Dalam cerita ini, Dee berhasil
membangun sebuah kisah yang seru dan membuat pembaca tidak akan berhenti sampai
akhir. Dikisahkan dua sahabat, Ben dan Jody yang bersama-sama membangun kedai
kopi dan ingin menjadikan kegiatan meminum kopi tidak lagi sebagai suatu
rutinitas gaya hidup semata. Namun, ingin memberi kesan yang berbeda.
Berkat kerja keras keduanya, kedai
kopi mereka yang bernama Filosofi Kopi—dengan tagline Temukan Diri Anda di Sini
di bawahnya—menjadi terkenal di Jakarta. Selain racikan kopi yang nikmat dari
tangan Ben, Filosofi Kopi juga memberi kesan berbeda untuk pengunjung dan peminumnya
karena dari tiap kopi yang dipesan dan diminum, memiliki makna dan filosofi
tersendiri yang merefleksikan kopi tersebut. Ya, itulah kelebihan kedai kopi
satu ini. Kita dapat menemukan cerminan diri kita dari secangkir kopi yang kita
pesan.
Semua ide itu digagas oleh sang
barista Filosofi Kopi sendiri, yaitu Ben. Ben tak hanya meracik dan menjual
kopi, tapi juga berbagi dan berdiskusi seputar kopi dan kehidupan. Misalnya
saja, jika ada yang memesan Cappuccino, maka Ben akan memberi kartu kecil bertuliskan:
Kopi yang Anda Minum Hari Ini: Cappuccino – Artinya: Menyukai Kelembutan dan
Keindahan.
Pun dengan jenis kopi lainnya. Kopi
Tubruk misalnya, berarti lugu, sederhana, tapi sangat memikat kalau kita
mengenalnya lebih dalam. Hingga suatu saat, datang seorang lelaki kaya raya dan
sukses ke Filosofi Kopi, kemudian menantang Ben agar menciptakan kopi yang
melambangkan kesempurnaan. Orang itu menganggap, semua kopi yang ada di
Filosofi Kopi tidak mencerminkan itu. Maka, sebagai barista bertangan dingin,
Ben menerima tantangan itu dengan iming-iming hadiah 50 juta.
Berkat kerja kerasnya, Ben dapat
meracik kopi baru yang diberi nama BEN’s PERFECTO. Artinya: Sukses adalah Wujud
Kesempurnaan Hidup. Beruntung, orang sukses yang menantang itu menyukainya, dan
Ben pun memenangkan kompetisi itu. Ben semakin yakin bahwa dia adalah barista
terhebat dan hanya kopi Ben’s Perfecto-lah kopi ternikmat di dunia.
Namun, semua terusik karena ulah
seseorang dari Jawa yang berkunjung ke Filosofi Kopi dan mengatakan bahwa ada
kopi yang lebih nikmat di pedalaman Jawa Tengah sana. Mendengar itu, Ben kecewa
dan memutuskan mencari peracik kopi yang dimaksud. Tanpa pikir panjang, dia dan
Jody langsung meluncur untuk mencari orang yang dimaksud.
Setelah menemukan tempat dan orang
yang dimaksud, Ben tercengang. Kopi Tiwus, kopi yang dimaksud memang nikmat
rasanya. Ben pun mengakui jika kopi racikannya kalah dengan kopi racikan petani
kopi biasa yang membangun kedai kopi sederhananya di pedalaman. Pak Seno, peracik
kopi itu bukanlah barista terkemuka. Namun, bisa membuat kopi yang nikmat dan
membuat siapa saja ingin berkunjung kembali ke kedainya di atas bukit yang
dikelilingi oleh kebun kopi. Di akhir cerita, kita akan mengetahui dan belajar
apa arti kesempurnaan hidup dari secangkir kopi.