klasik

Jumat, 01 Mei 2015

Fiction Collection of The Day: Filosofi Kopi, Belajar Kehidupan dari Secangkir Kopi*





 
Belajar Kehidupan dari Secangkir Kopi
Judul Buku : Filosofi Kopi
Penulis : Dee
Tebal : xi + 134 halaman
Cetakan : cetakan kedua, 2010
Penerbit : Truedee Books dan Gagas Media



Secangkir kopi. Apa yang dapat kita maknai dari sebuah cangkir yang berisi kopi? Hampir tidak ada. Dalam pikiran kebanyakan orang, secangkir kopi hanyalah salah satu alternatif dan jenis minuman untuk melepas dahaga. Yang berbeda, mungkin karena kopi memiliki rasa dan aroma yang unik. Bahkan, kini kopi tidak lagi identik dengan hitam dan pahit. Tapi, sudah berevolusi menjadi kopi modern yang bisa berwarna cokelat, krem, bahkan putih. Pun rasanya, mengecap rasa manis sudah menjadi sebuah keniscayaan dalam meminum kopi.

Perhatikan saja mal dan pusat pergaulan remaja. Hampir semuanya disisipi oleh kafe dan kedai kopi. Misalnya, ritel kopi Starbuck. Keberadaan kedai kopi satu ini bak jamur di musim hujan. Eksis dan ada di mana-mana. Di Starbuck, kopi tidak lagi jadi komoditi dagang yang menjual secangkir kopi semata. Tapi sudah menjual suasana, gaya hidup, dan eksistensi. Ya, rasanya belum gaul dan belum lengkap kalau tidak mencicipi kopi di Starbuck.

Namun, sadarkah Anda jika dalam secangkir kopi, kita bisa belajar tentang kehidupan? Ada makna berbeda dari sekedar cangkir yang berisi kopi, menjadi sebuah ruang untuk merenung dan mengevaluasi apa saja yang sudah kita lakukan dalam hidup. Ternyata dengan meminum secangkir kopi, tidak hanya diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan dahaga kita semata. Bersamaan dengan itu, kita diberi kesempatan untuk diam, menikmati aroma dan rasanya, juga berpikir filosofis. Mencoba memaknai segala sesuatu di sekitar kita, di kehidupan kita.

Seperti karya keempat Dee yang berjudul Filosofi Kopi. Dalam buku ini, kita tidak hanya mendapat suguhan kisah yang inspiratif dan mengesankan. Tapi, seolah kita seperti meminum kopi. Dapat menghirup aroma dan nikmatnya rasa kopi. Karena semua karya yang terangkum dalam buku ini bak secangkir kopi. Harum, menyegarkan, dan nikmat: pahit, tapi sekaligus mengandung manis. Begitu FX Rudy Gunawan memuji karya Dee yang satu ini.

Filosofi Kopi merupakan buku antologi atau kumpulan kisah yang merangkum karya-karya Dee yang berupa cerita pendek dan prosa. Semua yang ada di buku ini merupakan kumpulan karya wanita yang bernama asli Dewi Lestari dalam satu dekade. Terhitung dari rentang 1995 sampai 2005. Jadi, akan jelas terlihat perubahan dan karakteristik karya-karya Dee di tiap masa. Baik dari segi tema, gaya penulisan, dan bagaimana Dee menuliskan sebuah gagasan uniknya.

Buku ini terdiri dari 18 karya yang terbagi menjadi sembilan cerpen dan sembilan prosa. Kisah diawali dengan cerpen (lumayan panjang) berjudul ‘Filosofi Kopi’. Dalam cerita ini, Dee berhasil membangun sebuah kisah yang seru dan membuat pembaca tidak akan berhenti sampai akhir. Dikisahkan dua sahabat, Ben dan Jody yang bersama-sama membangun kedai kopi dan ingin menjadikan kegiatan meminum kopi tidak lagi sebagai suatu rutinitas gaya hidup semata. Namun, ingin memberi kesan yang berbeda.

Berkat kerja keras keduanya, kedai kopi mereka yang bernama Filosofi Kopi—dengan tagline Temukan Diri Anda di Sini di bawahnya—menjadi terkenal di Jakarta. Selain racikan kopi yang nikmat dari tangan Ben, Filosofi Kopi juga memberi kesan berbeda untuk pengunjung dan peminumnya karena dari tiap kopi yang dipesan dan diminum, memiliki makna dan filosofi tersendiri yang merefleksikan kopi tersebut. Ya, itulah kelebihan kedai kopi satu ini. Kita dapat menemukan cerminan diri kita dari secangkir kopi yang kita pesan.

Semua ide itu digagas oleh sang barista Filosofi Kopi sendiri, yaitu Ben. Ben tak hanya meracik dan menjual kopi, tapi juga berbagi dan berdiskusi seputar kopi dan kehidupan. Misalnya saja, jika ada yang memesan Cappuccino, maka Ben akan memberi kartu kecil bertuliskan: Kopi yang Anda Minum Hari Ini: Cappuccino – Artinya: Menyukai Kelembutan dan Keindahan.

Pun dengan jenis kopi lainnya. Kopi Tubruk misalnya, berarti lugu, sederhana, tapi sangat memikat kalau kita mengenalnya lebih dalam. Hingga suatu saat, datang seorang lelaki kaya raya dan sukses ke Filosofi Kopi, kemudian menantang Ben agar menciptakan kopi yang melambangkan kesempurnaan. Orang itu menganggap, semua kopi yang ada di Filosofi Kopi tidak mencerminkan itu. Maka, sebagai barista bertangan dingin, Ben menerima tantangan itu dengan iming-iming hadiah 50 juta.

Berkat kerja kerasnya, Ben dapat meracik kopi baru yang diberi nama BEN’s PERFECTO. Artinya: Sukses adalah Wujud Kesempurnaan Hidup. Beruntung, orang sukses yang menantang itu menyukainya, dan Ben pun memenangkan kompetisi itu. Ben semakin yakin bahwa dia adalah barista terhebat dan hanya kopi Ben’s Perfecto-lah kopi ternikmat di dunia.
Namun, semua terusik karena ulah seseorang dari Jawa yang berkunjung ke Filosofi Kopi dan mengatakan bahwa ada kopi yang lebih nikmat di pedalaman Jawa Tengah sana. Mendengar itu, Ben kecewa dan memutuskan mencari peracik kopi yang dimaksud. Tanpa pikir panjang, dia dan Jody langsung meluncur untuk mencari orang yang dimaksud.

Setelah menemukan tempat dan orang yang dimaksud, Ben tercengang. Kopi Tiwus, kopi yang dimaksud memang nikmat rasanya. Ben pun mengakui jika kopi racikannya kalah dengan kopi racikan petani kopi biasa yang membangun kedai kopi sederhananya di pedalaman. Pak Seno, peracik kopi itu bukanlah barista terkemuka. Namun, bisa membuat kopi yang nikmat dan membuat siapa saja ingin berkunjung kembali ke kedainya di atas bukit yang dikelilingi oleh kebun kopi. Di akhir cerita, kita akan mengetahui dan belajar apa arti kesempurnaan hidup dari secangkir kopi.