Nuansa kalbu yang lara
Mencekam hati dan prahara
Tiadakah kau melihat di ujung jagad
Dia mengibarkannya
Untuk satu selendang
Dia mecarimu
Kau, ialah kau sang hijau
Dikalungkan di lehernya.
Aku ingin sehelai selendang hijau itu
Berkibar dibalik kemeja hitam yang kau sandangkan
Kalbu bersyair
Pandanganmu bak tombak menusuk baja, tajam
Dikala api menyambar sukma
Aung…….
Kau mengaung bagaikan serigala membunuh malam.
Tak cukup
Lihat! Hijau reruntuhan itu
Berputar menari terbawa sukma sang bayu
Dan putih silau atau tak berwarna itu
Menembus hitam pekatnya sang batu
Melihat keadaan yang membuntu disertai matahari yang pancarannya beradu
Sebagai embun, aku tak ingin pudar sebelum pagi berlalu.
Hijaulah milikku
Namun mampukah selendang hijau ini
Membiaskan hitam pekatnya sang batu di hatimu
Hahaha, mungkin hanya menghitung bintang
Mencekam hati dan prahara
Tiadakah kau melihat di ujung jagad
Dia mengibarkannya
Untuk satu selendang
Dia mecarimu
Kau, ialah kau sang hijau
Dikalungkan di lehernya.
Aku ingin sehelai selendang hijau itu
Berkibar dibalik kemeja hitam yang kau sandangkan
Kalbu bersyair
Pandanganmu bak tombak menusuk baja, tajam
Dikala api menyambar sukma
Aung…….
Kau mengaung bagaikan serigala membunuh malam.
Tak cukup
Lihat! Hijau reruntuhan itu
Berputar menari terbawa sukma sang bayu
Dan putih silau atau tak berwarna itu
Menembus hitam pekatnya sang batu
Melihat keadaan yang membuntu disertai matahari yang pancarannya beradu
Sebagai embun, aku tak ingin pudar sebelum pagi berlalu.
Hijaulah milikku
Namun mampukah selendang hijau ini
Membiaskan hitam pekatnya sang batu di hatimu
Hahaha, mungkin hanya menghitung bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar