Senin, 05 Januari 2015, 11:42 WIB
"Kami kehabisan makanan dan saat ini kami hanya bisa mengkonsumsi pisang dan ubi yang juga stoknya tidak banyak," kata seorang warga Dusun Airae, Desa Sikun, Kabupaten Malaka Anastasia Hoar yang dihubungi dari Kupang, Senin (5/1/2015).
Menurutnya, kondisi itu diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat untuk mengatasi kondisi yang dialami warga tersebut.
"Kami sudah dihantam banjir sejak sepekan, namun hingga kini pun belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Di mana pemerintah kami," katanya dengan nada tanya.
Dia mengatakan, warga saat ini hanya bisa bertahan hidup dengan makanan seadanya, berupa pisang, ubi kayu dan kelapa kering yang juga tidak banyak stoknya. Beras dan jagung sebagai stok makanan sudah habis selama mengalami bencana banjir tersebut.
"Apa salah kami sehingga pemerintah tidak pernah menggubris kami untuk memberikan bantuan makanan kepada kami," katanya lirih.
Dia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa, karena kondisi desanya direndam banjir setinggi satu meter hingga dua meter disertai lumpur. "Akses kami terputus, kami hanya bisa bertahan di rumah panggung kami dengan kondisi makanan yang juga mulai menipis," katanya.
Hal senada disampaikan warga lainnya Eduardus Bria Klau, yang mengaku seluruh lumbung dan lahan pertanian rata tanah dihantam banjir sejak sepekan terakhir. Tinggi banjir bisa mencapai dua meter dan merendam seluruh desa itu. "Kami kehabisan makanan. Anak-anak, kami berikan makan ubi dan kelapa kering," katanya.
Dia mengaku hingga saat ini, belum ada intervensi dari pemerintah setempat, untuk mengatasi kesulitan kekurangan pangan yang dialami warga setempat. "Kami harus berbuat apa. Pemerintah tak berikan bantuan apa-apa," katanya.
Dia mengaku, ada sekitar 500 kepala keluarga di Desa Sikun yang masih tetap bertahan di wilayah desa itu, dengan berlindung diri di atas rumah-rumah panggung yang dimiliki. "Kami hanya bisa berharap pemerintah segera melakukan aksi untuk bisa menyelamatkan kami dan anak-anak kami," katanya.
Sementara itu Penjabat Bupati Malaka Herman Nai Ulu yang dihubungi melalui telepon genggamnnya tidak menggubris.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tini Thadeus yang dihubungi terpisah di Kupang mengaku belum mendapatkan laporan resmi terkait bencana banjir yang terjadi di wilayah batas negara itu.
Kendati demikian, Peprov NTT, melalui BPBD telah menyalurkan sejumlah kebutuhan tanggap darurat sebagai 'buffer stock' di awal Desember 2014 silam.
"Intervensi bantuan yang dijadikan sebagai 'buffer stock' di daerah itu sudah dilakukan sebelum Perayaan Natal yang lalu. Kita berharap petugas di daerah itu sudah bisa menyalurkan sejumlah stok bantuan tanggap darurat ke masyarakat korban banjir," katanya.
Dia menyebutkan, sejumlah bantuan tanggap darurat yang sudah disalurkan ke daerah itu oleh BPBD Nusa Tenggara Timur, antara lain, tenda sejumlah makanan dan minuman siap saji seperti super mie dan biskuit berbagai jenis serta tikar.
Banjir akibat meluapnya Sungai Benanain di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah merendam ribuan rumah di dua desa yang berada di bantaran sungai yang membelah wilayah perbatasan Negara RI-Timor Leste itu, Minggu dini hari tadi.
Meski banjir yang ada merupakan banjir kiriman, namun telah memberikan dampak buruk, dimana rumah warga di dua desa sepanjang bantaran kali terendam.
Dua desa yang telah menjadi korban tumpahan banjir dari Sungai Benanain itu sebagai akibat kiriman dari sejumlah daerah di hulu sungai seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU) itu masing-masing Desa Sikun dan Desa Oan Mane.
Sepekan Diterjang Banjir, Warga Oan Mane Kehabisan Makanan
Bisnis.com, KUPANG--Ratusan warga Desa Sikun dan Oan Mane di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, wilayah batas Negara RI-Timor Leste yang diterjang banjir sejak sepekan terakhir sebagai akibat meluapnya Sungai Benanain, mulai kehabisan makanan."Kami kehabisan makanan dan saat ini kami hanya bisa mengkonsumsi pisang dan ubi yang juga stoknya tidak banyak," kata seorang warga Dusun Airae, Desa Sikun, Kabupaten Malaka Anastasia Hoar yang dihubungi dari Kupang, Senin (5/1/2015).
Menurutnya, kondisi itu diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat untuk mengatasi kondisi yang dialami warga tersebut.
"Kami sudah dihantam banjir sejak sepekan, namun hingga kini pun belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Di mana pemerintah kami," katanya dengan nada tanya.
Dia mengatakan, warga saat ini hanya bisa bertahan hidup dengan makanan seadanya, berupa pisang, ubi kayu dan kelapa kering yang juga tidak banyak stoknya. Beras dan jagung sebagai stok makanan sudah habis selama mengalami bencana banjir tersebut.
"Apa salah kami sehingga pemerintah tidak pernah menggubris kami untuk memberikan bantuan makanan kepada kami," katanya lirih.
Dia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa, karena kondisi desanya direndam banjir setinggi satu meter hingga dua meter disertai lumpur. "Akses kami terputus, kami hanya bisa bertahan di rumah panggung kami dengan kondisi makanan yang juga mulai menipis," katanya.
Hal senada disampaikan warga lainnya Eduardus Bria Klau, yang mengaku seluruh lumbung dan lahan pertanian rata tanah dihantam banjir sejak sepekan terakhir. Tinggi banjir bisa mencapai dua meter dan merendam seluruh desa itu. "Kami kehabisan makanan. Anak-anak, kami berikan makan ubi dan kelapa kering," katanya.
Dia mengaku hingga saat ini, belum ada intervensi dari pemerintah setempat, untuk mengatasi kesulitan kekurangan pangan yang dialami warga setempat. "Kami harus berbuat apa. Pemerintah tak berikan bantuan apa-apa," katanya.
Dia mengaku, ada sekitar 500 kepala keluarga di Desa Sikun yang masih tetap bertahan di wilayah desa itu, dengan berlindung diri di atas rumah-rumah panggung yang dimiliki. "Kami hanya bisa berharap pemerintah segera melakukan aksi untuk bisa menyelamatkan kami dan anak-anak kami," katanya.
Sementara itu Penjabat Bupati Malaka Herman Nai Ulu yang dihubungi melalui telepon genggamnnya tidak menggubris.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tini Thadeus yang dihubungi terpisah di Kupang mengaku belum mendapatkan laporan resmi terkait bencana banjir yang terjadi di wilayah batas negara itu.
Kendati demikian, Peprov NTT, melalui BPBD telah menyalurkan sejumlah kebutuhan tanggap darurat sebagai 'buffer stock' di awal Desember 2014 silam.
"Intervensi bantuan yang dijadikan sebagai 'buffer stock' di daerah itu sudah dilakukan sebelum Perayaan Natal yang lalu. Kita berharap petugas di daerah itu sudah bisa menyalurkan sejumlah stok bantuan tanggap darurat ke masyarakat korban banjir," katanya.
Dia menyebutkan, sejumlah bantuan tanggap darurat yang sudah disalurkan ke daerah itu oleh BPBD Nusa Tenggara Timur, antara lain, tenda sejumlah makanan dan minuman siap saji seperti super mie dan biskuit berbagai jenis serta tikar.
Banjir akibat meluapnya Sungai Benanain di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah merendam ribuan rumah di dua desa yang berada di bantaran sungai yang membelah wilayah perbatasan Negara RI-Timor Leste itu, Minggu dini hari tadi.
Meski banjir yang ada merupakan banjir kiriman, namun telah memberikan dampak buruk, dimana rumah warga di dua desa sepanjang bantaran kali terendam.
Dua desa yang telah menjadi korban tumpahan banjir dari Sungai Benanain itu sebagai akibat kiriman dari sejumlah daerah di hulu sungai seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU) itu masing-masing Desa Sikun dan Desa Oan Mane.
Sumber : Antara
Editor : Ema Sukarelawanto
Editor : Ema Sukarelawanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar