Semusim bersemi
menyemir langit-langit kusam
Kembali membiru sempurna
menanti hadirnya purnama
Sampai jauh kesana
aku masih ingat sahabat
Jangan ragu ataupun malu
merayu ombak tuk dayungkan semua masa
Tanganku melambai memanggil semua mata
Ingin hati menatap ratapan-ratapan seduh ini
Tapi mentari pagi coba pulihkan
senyumku tuk kembali memoles lembut
Pikirmu apa kekasih?
Jangan sekadar engkau tau
betapa bersedihnya aku
Tanganmu berkeriput
kian menepuk eratan yang terasa trus mengering
Menahan peri saat merampas
semak-semak berduri
Mungkin kakanda tak mengerti
fikirku tertuju pada siapa di padang menghijau
Dengarlah Duhai pangeran Kasih...
Itu sebuah kisah bukan
klasik demikianpun sejarah
Itu nyata saat kau berbalik menelaah
Dia tak setatap dengan
kedua mata indahmu yang berkaca
Biar ku katakan padamu sang raja
Sesungguhnya ia setatap
dengan kedua tumpuanmu
yang bersepatu
Merunduklah
bak padi menguning dari tangannya
Lihat betapa perkasanya
ia berusaha mencuil nasib
demi segenggam masa depan
Bukan hanya atau sekedar untuknya seorang
Melainkan aku, dirimu,
dirinya bahkan mereka yang entah darimana
Berilah senyummu
meski sepetik deringan gitar bermelodi
Doamu berirama satu nada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar