klasik

Senin, 15 April 2013

Tak Setetap



Semusim bersemi 
menyemir langit-langit kusam
 
Kembali membiru sempurna
 
menanti hadirnya purnama
 
Sampai jauh kesana
 
aku masih ingat sahabat

Jangan ragu ataupun malu
 
merayu ombak tuk dayungkan semua masa


Tanganku melambai memanggil semua mata
 
Ingin hati menatap ratapan-ratapan seduh ini

Tapi mentari pagi coba pulihkan
 
senyumku tuk kembali  memoles lembut
 
Pikirmu apa kekasih?


Jangan sekadar engkau tau
 
betapa bersedihnya aku

Tanganmu berkeriput
 
kian menepuk eratan yang terasa trus mengering

Menahan peri saat merampas  

semak-semak berduri
 
Mungkin kakanda tak mengerti
 
fikirku tertuju pada siapa di padang menghijau


Dengarlah Duhai pangeran Kasih...

Itu sebuah kisah bukan
 
klasik demikianpun sejarah

Itu nyata saat kau berbalik menelaah
 
Dia tak setatap dengan
 
kedua mata indahmu yang berkaca


Biar ku katakan padamu sang raja
 
Sesungguhnya ia setatap
 
dengan kedua tumpuanmu
 
yang bersepatu

Merunduklah
 
bak padi menguning dari tangannya
 
Lihat betapa perkasanya
 
ia berusaha mencuil nasib
 
demi segenggam masa depan


Bukan hanya atau sekedar untuknya seorang

Melainkan aku, dirimu,
 
dirinya bahkan mereka yang entah darimana

Berilah senyummu
 
meski sepetik deringan gitar bermelodi

Doamu berirama satu nada
 
merangkai dalam melodi cinta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar